Sewaktu saya sedang membeli tanaman buah2an saya ditawari pohon kepel…pohon apa nih..saya memang pernah dengar tapi tidak pernah tahu seperti apa pohon kepel yang katanya tanaman yang sudah mulai langka ini..
Orang Jawa menamainya dengan Kepel (karena besar buahnya sebesar kepalan tangan) dalam bahasa Indonesia disebut dengan Burahol, diambil dari Stelechocarpus burahol (nama ilmiahnya). Konon ini adalah buah kesukaan kerabat keraton (Jogja dan Solo) karena menyebabkan keringat dan air kencing berbau tidak menyengat alias berbau harum. Makanya tidak mengherankan jika di Kraton (Solo dan Jogja) banyak tumbuh pohon ini.
Divisi | : | Spermatophyta |
Filum (Sub Divisi) | : | Magnoliophyta (nama baru dari Angiospermae) – Tumbuhan berbiji terbuka |
Kelas | : | Magnoliopsida (nama baru dari Dicotyledonae) – Tumbuhan berbiji belah/bercabang |
Ordo (Bangsa) | : | Fabales – Tumbuhan berbunga |
Famili (Suku) | : | Annonaceae |
Genus (Marga) | : | Stelechocarpus |
Spesies | : | Stelechocarpus burahol (Blume) Hook. & Thomson |
Secara geografis, tanaman ini dapat tumbuh dan banyak dijumpai di Pulau Jawa dan Semenanjung Malaysia. Namun saat ini, tanaman ini tergolong tanaman langka. Di Jawa Tengah dan Jogja, lebih dikarenakan takut kuwalat karena meniru perilaku orang keraton makanya oleh para kawula alit tanaman ini dibabat habis. Sedangkan di Jawa Barat, masyarakat membabat tanaman ini karena menganggap tidak ada nilai ekonomisnya.
Ciri-ciri (anatomi) pohon Kepel :
Pohonnya tegak dengan tinggi mencapai 25 M.
Daunnya berwana hijau gelap berbentuk lanset (bulat telor), tidak berbulu dan merotal tipis dengan pangkal daun panjangnya mencapai 1,5 cm. Tajuk atau kanopinya berbentuk kubah meruncing (layaknya pohon cemara). Cabang-cabangnya mendatar, sementara batangnya berwarna coklat cenderung hitam dengan diameter berkisar 40 cm.
Bunganya muncul pada tonjolan-tonjolan batang adalah bunga yang berkelamin tunggal, mula-mula berwarna hijau kemudian berubah menjadi keputih-putihan. Bunga jantannya terletak di batang sebelah atas dan di cabang-cabang yang lebih tua, berkumpul sebanyak 8-16 kuntum berdiameter 1 cm. Sementara bunga betinanya hanya berada di pangkal batang, diameternya mencapai 3 cm.
Buahnya bergerombol antara 1-13 buah. Panjang tangkai buahnya mencapai 8 cm; buah yang matang hampir bulat bentuknya, berwarna kecoklat-coklatan, diameternya 5-6 cm, dan berisi sari buah yang dapat dimakan.
Bijinya berbentuk menjorong, berjumlah 4-6 butir, panjangnya sekitar 3 cm. Berat segar buah antara 62-105 g, dengan bagian yang dapat dimakan sebanyak 49% dan bijinya 27% dari berat buah segar. Buah kepel dianggap matang jika digores kulit buahnya terlihat berwarna kuning atau coklat muda.
Tanaman Kepel dapat tumbuh subur pada tanah lembab dataran rendah hingga sedang (100-610 m dpl). Perkembangbikannya generatif yakni dengan biji. Proses cangkok dan stek (vegetatif) tidak berhasil. Tanaman kepel relatif kebal penyakit (sampai saat ini belum ada laporan tentang jenis penyakitnya) sementara hama tanaman ini adalah kelelawar dan binatang pengerat (misal: tikus). Tanaman Kepel juga dapat berfungsi sebagai tamanan hias peneduh.
Manfaat buah dan daun kepel
Rasa daging buah kepel manis dan harum. Buah ini adalah deodoran alami para puteri Keraton Mataram di jaman dahulu. Keringat puteri-puteri keraton yang makan buahnya akan berbau harum setelah makan buah ini. Air seninya juga akan berbau harum. Napas pun akan harum. Kebiasaan puteri-puteri Mataram ini kemudian ditiru oleh keraton-keraton lain yang ada di Pulau Jawa. Selain itu juga digunakan sebagai peluruh kencing, pencegah radang ginjal. Buah kepel juga dapat menyebabkan kemandulan sementara pada perempuan, sehingga banyak digunakan untuk KB.
Daun kepel bisa juga dimanfaatkan untuk penangkap radikal bebas (antioksidan) dan anti-kanker juga mengatasi asam urat. Lalap daun kepel yang masih muda dipercaya mampu menurunkan kadar kolesterol. Minum rebusan daun kepel juga dapat menurunkan kadar kolesterol. Rebusan ini dibuat dari 7 lembar daun kepel dan 3 gelas air. Air dan daun kepel ini kemudian direbus sampai tersisa satu setengah gelas. Air rebusan daun kepel diminum dua kali sehari, masing-masing sebanyak tiga perempat gelas. Sayang sekarang kepel sudah menjadi tanaman langka dan perlu dilestarikan dari kepunahan.