Jumat, 07 Agustus 2009

Mengganti 'Bleng', STPP Masuk "101 Inovasi Indonesia Paling Propektif 2009"

pras

Diterbitkan oleh Hubungan Masyarakat Universitas Brawijaya

Last updated 07/08/2009

fotoku1

Garam bleng adalah garam alami yang mengandung asam boraks sehingga berbahaya bagi kesehatan. Maraknya penggunaan garam jenis ini di masyarakat sebagai bahan tambahan makanan menjadi kekhawatiran tersendiri bagi dosen Teknologi Hasil Pertanian (THP) Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya, Ir. Tri Dewanti, M.Kes. Karena itu, ia melakukan penelitian dan akhirnya menemukan Sodium Tripoli Phosphat (STPP) sebagai alternative penggantinya. Di masyarakat, garam bleng ini banyak digunakan sebagai obat pengenyal dengan citarasa yang kuat diantaranya pada bakso, krupuk puli, gendar, mie dan aneka jajan pasar. Dalam penelitiannya, ia juga menemukan bahwa STPP dapat digunakan sebagai pengganti formalin (formaldehyde), pengawet mayat dan organ yang marak digunakan sebagai bahan tambahan makanan. STPP ini, diterangkan Dewanti sangat berbeda dengan boraks dan fomalin  "STPP telah marak digunakan di industri makanan dan banyak tersedia di pasaran, terutama toko bahan kimia", tuturnya. Selain tidak berbahaya, STPP menurutnya juga dapat dibeli dengan harga murah dan kadar pemakaiannya pun rendah, 0.1 %-0.5 % saja. Meskipun begitu, alumni FTP UGM ini menyatakan bahwa STPP memiliki citarasa yang berbeda dibandingkan garam bleng yang bercitarasa kuat.

Masuk 101 Inovasi Indonesia Paling Prospektif 2009

Karya penelitian mengenai STPP ini terseleksi masuk dalam "101 Inovasi Indonesia Paling Prospektif 2009". Judul penelitian yang diangkat Ir. Tri Dewanti, M.Kes adalah "Sodium Tripoli Phosfat (STPP) Sebagai Pengganti Garam Bleng pada Krupuk Puli". Dalam seleksi yang dilakukan oleh Business Innovation Centre (BIC) ini, penelitian Dewanti melewati penilaian 36 orang juri pengusaha dan pimpinan perusahaan di berbagai sektor. Hal ini berarti pada tahun 2009 ada 2 (dua) orang dosen UB yang karyanya masuk dalam "101 Inovasi Indonesia Paling Prospektif 2009". Kompor Biomass UB-02 milik Dr. rer.nat M. Nurhuda, Dosen Jurusan Fisika FMIPA UB juga dinyatakan lolos seleksi dalam ajang yang didukung oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia (KNRT RI) ini. Atas prestasi tersebut, mereka berdua diundang untuk hadir dalam puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) pada Senin (10/8) mendatang di Istana Presiden, sekaligus untuk menerima penghargaan dari Presiden RI, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. [nok]